Jejak Rasa Jawa: Menyusuri Kuliner Jawara dari Timur
1. Rasa Otentik yang Tak Pernah Usang
Rawon, rujak cingur, dan lontong balap—tiga ikon kuliner
yang menjadi wajah Jawa Timur. Tapi di balik namanya yang akrab di lidah,
tersembunyi sejarah dan karakter rasa yang menggugah. Menyebut kuliner ini
tidak hanya soal makan, tapi menyusuri jejak budaya dan identitas daerah.
Saya pribadi mencicipi rawon di Warung Bu Lilik, Pasar
Blauran, Surabaya. Warung sederhana yang selalu dipenuhi antrean. Kuah rawonnya
gelap pekat, gurih dari kluwek asli, dan dilengkapi sambal terasi khas. Ketika
berbincang dengan ibu pemilik warung, saya diberi tahu bahwa mereka menggunakan
resep turun-temurun dari masa penjajahan.
Rasa ini, menurut saya, bukan sekadar makanan, melainkan artefak sejarah.
![]() |
Surga Kuliner |
2. Lontong Balap: Tradisi dalam Seporsi Hidangan
Lontong balap mungkin terdengar sederhana—lontong, tauge,
tahu goreng, lentho, dan kuah petis. Tapi saat saya mencicipinya di Jalan
Semarang, Surabaya, saya bisa merasakan kedalaman rasa yang tak bisa ditemukan
pada lontong biasa.
Lentho (gorengan dari kacang tolo) yang garing, berpadu kuah
petis beraroma kuat menciptakan sensasi yang khas. Pedagang di sana menyebut
bahwa dulu lontong balap dijual dengan cara para penjual "balapan"
menuju pasar pagi, membawa dagangan di pikulan. Dari sinilah nama
"balap" lahir.
Tak hanya lezat, makanan ini juga membawa cerita. Inilah yang membuatnya layak disebut bagian dari kuliner jawara—yakni kuliner yang tidak hanya enak tapi juga penuh makna budaya.
![]() |
Surga Kuliner |
3. Rujak Cingur: Antara Cita Rasa dan Keberanian
Pertama kali mencicipi rujak cingur, saya ragu. Campuran
petis yang kuat dan irisan cingur (hidung sapi) bukanlah makanan biasa. Tapi di
Warung Rujak Cingur Genteng Durasim, Surabaya, saya melihat antrian panjang
yang membuktikan satu hal: ini makanan legendaris.
Rasa petisnya manis-asin-pedas, disertai tekstur unik dari
cingur yang kenyal. Jika Anda belum pernah mencicipi, ini pengalaman yang tak
terlupakan.
Menurut pemilik warung, banyak orang luar kota yang kembali
hanya untuk merasakan rujak cingur asli ini. Maka tak heran bila rujak cingur
termasuk dalam daftar kuliner jawara—kuliner kebanggaan daerah yang
terus hidup karena rasa dan kisahnya.
4. Kuliner dari Ponorogo: Sate, Malam, dan Cerita Reyog
Jika Anda ke Ponorogo, jangan lewatkan sate Ponorogo. Saya
mencobanya di kawasan Jalan Lawu pada malam hari. Irisan daging ayam ditusuk
panjang, dilumuri bumbu kacang yang kental dan sedikit manis. Disajikan dengan
lontong dan irisan bawang goreng.
Apa yang membuatnya berbeda? Proses perendamannya. Daging ayam direndam semalaman dengan bumbu rahasia yang membuatnya gurih hingga ke dalam serat. Menurut Pak Suyatno, penjual sate yang sudah berdagang sejak 1994, “Sate Ponorogo itu bukan cuma makanan malam. Ini adalah identitas kami.”
![]() |
Surga Kuliner |
5. Jejak Kuliner Lawas di Kota Malang
Malang juga tak kalah dengan jajaran kuliner khasnya. Saat
saya menelusuri gang kecil di belakang Pasar Oro-Oro Dowo, saya menemukan
warung rawon setengah abad yang tidak memiliki papan nama. Tapi antreannya
selalu ramai.
Rawon di sana menggunakan potongan daging khas yang sangat
empuk, disajikan dengan sambal dan telur asin. Rasa kuahnya sangat berbeda dari
rawon modern—lebih kaya rempah dan tidak terlalu asin.
Inilah keistimewaan kuliner lawas. Bukan sekadar soal rasa,
tapi memori dan nuansa. Banyak tempat seperti ini yang pantas disebut sebagai
bagian dari kuliner jawara, karena mempertahankan orisinalitas meskipun
zaman berubah.
6. Mengapa Kuliner Ini Disebut “Jawara”?
Frasa kuliner jawara bukan sekadar gaya bahasa. Di
banyak daerah Jawa Timur, “jawara” dipakai untuk menyebut yang terbaik, yang
paling mewakili daerahnya. Seperti halnya jawara dalam seni bela diri atau
pertunjukan rakyat, kuliner juga memiliki tokoh-tokoh jawara yang
menonjol karena rasa, nilai historis, dan keunikan resep.
Rujak cingur di Surabaya, sate Ponorogo, rawon Malang, dan
lontong balap—semuanya menjadi "jawara" di panggung rasa lokal.
7. Tips Berburu Kuliner Jawara di Jawa Timur
Jika Anda ingin menyusuri sendiri jejak rasa kuliner
terbaik, berikut beberapa tips dari pengalaman pribadi:
- Cari
pasar tradisional: Banyak warung legendaris berada di pasar, bukan di
mall.
- Tanya
warga lokal: Rekomendasi terbaik seringkali datang dari sopir ojek
atau penjual rokok di sudut jalan.
- Datang
pagi atau malam: Kuliner khas sering hanya buka di jam-jam tertentu.
- Jangan
takut tempat sederhana: Warung tua yang lusuh sering menyimpan rasa
luar biasa.
8. Menjaga Warisan Rasa: Tugas Kita Semua
Sebagai penikmat kuliner dan bagian dari masyarakat lokal,
kita punya tanggung jawab melestarikan warisan rasa ini. Dengan menulis,
merekam, dan membagikan cerita tentang makanan-makanan ini, kita membantu
mereka tetap hidup dan dikenal oleh generasi berikutnya.
Kunjungi situs seperti Kulinerjawa.com untuk menemukan lebih banyak cerita dan
referensi tentang kuliner jawara dari berbagai penjuru Jawa.