7 Tempat Makan Masakan Jawa Otentik di Solo yang Sudah Saya Coba Sendiri
![]() |
| Kuliner Otentik |
Timlo Sastro: Legenda di Balik Pasar Gede
Timlo Sastro berdiri sejak tahun 1952, dan saya mengenalnya
melalui cerita ayah saya yang dulu kuliah di UNS. Di sinilah pertama kali saya
mencicipi timlo dengan campuran sosis Solo, telur pindang, dan kuah bening yang
gurih. Rasanya ringan, tapi meninggalkan kesan. Ketika saya menulis artikel
ini, saya kembali mengecek apakah tempat ini masih buka—dan ternyata masih
ramai seperti dulu. Saya juga mencatat bahwa banyak food vlogger ternama
seperti @ennozt dan @streetfoodstory juga pernah review tempat ini. Ini jadi
bukti kuat bahwa tempat ini tidak hanya legendaris, tapi juga dipercaya publik
luas.
Nasi Liwet Wongso Lemu: Malam Hari, Antrian Mengular
Kalau Anda ingin tahu rasa kuliner nasi liwet Solo
yang otentik, maka malam hari di Nasi Liwet Wongso Lemu adalah jawabannya. Saya
datang sekitar pukul 19.00 dan antrian sudah cukup panjang. Namun saya rela
menunggu. Penjualnya masih mengenakan kebaya, menambah aura tradisional yang
kental. Rasa nasi liwetnya tidak seperti di tempat lain: nasinya gurih, arehnya
lembut, dan ayam suwirnya berbumbu pekat. Harga satu porsi sekitar Rp22.000.
Lokasinya di Jl. Teuku Umar, Keprabon. Saya sarankan datang sebelum jam 8 malam
agar tidak kehabisan.
Warung Pecel Solo Bu Kis: Cita Rasa Rumahan yang
Konsisten
Saya menemukan tempat ini secara tidak sengaja saat menginap
di kawasan Manahan. Warung sederhana, dengan deretan meja kayu dan kipas angin
tua. Namun begitu pecel mendarat di meja, saya tahu ini bukan pecel biasa.
Bumbunya kental, ada rasa sedikit sangrai, dan sayurnya segar. Saya sempat
berbincang dengan Bu Kis, sang pemilik. Beliau bilang semua bahan masih dipilih
sendiri di pasar tradisional setiap pagi. Saya anggap ini sebagai bentuk Experience
nyata yang sulit ditiru—hasil dari pengalaman bertahun-tahun menyajikan rasa
yang konsisten.
Soto Gading 1: Favorit Para Tokoh
Soto Gading dikenal karena pernah jadi tempat makan
langganan Presiden Jokowi. Tapi saya mengunjunginya bukan karena itu, melainkan
karena rekomendasi warga Solo asli. Rasa kuahnya ringan tapi kaya kaldu.
Dagingnya lembut, dan yang paling saya suka adalah kerupuk kulitnya. Saat saya
duduk, saya sempat ngobrol dengan pengunjung lain—seorang sopir taksi
lokal—yang bilang dia sudah makan di sini sejak masih bujangan. Kalau sopir
lokal merekomendasikan tempat ini, artinya tempat ini benar-benar jadi bagian dari
keseharian masyarakat.
| Kuliner Otentik |
Gudeg Ceker Margoyudan Bu Kasno: Menantang Lidah Tengah
Malam
Berbeda dari gudeg Jogja yang cenderung manis dan kering,
gudeg Solo cenderung basah dan pedas. Gudeg Ceker Bu Kasno hanya buka malam
hari, dan itulah daya tariknya. Saya pernah datang pukul 01.00 dini hari dan
masih harus antre. Ceker ayamnya dimasak sampai lunak dan menyatu dengan gudeg
yang gurih manis pedas. Ini bukan tempat kuliner untuk turis mainstream, tapi
justru itulah keunggulannya: rasa lokal yang belum terindustrialisasi. Kalau
Anda cari rasa "asli", ini salah satu tempat yang wajib dicoba.
Tengkleng Klewer Bu Edi: Makan Sambil Berdiri, Tetap
Laris
Terakhir, saya menulis ini sambil mengenang betapa uniknya
pengalaman makan tengkleng di depan Pasar Klewer. Bu Edi tidak menyediakan
kursi. Semua orang makan sambil berdiri atau duduk di trotoar. Tapi justru
itulah atmosfernya: cepat, spontan, dan penuh energi. Tengklengnya khas Solo:
tulang kambing kecil dengan kuah yang kaya rempah. Kalau Anda datang ke Solo
dan ingin merasakan bagaimana warga lokal menikmati kuliner yang cepat,
murah, dan menggugah, maka ini adalah tempatnya.
![]() |
| Kuliner Otentik |
Insight Tambahan dari Pengalaman Pribadi
Sebagai penulis yang sudah lebih dari 5 tahun aktif menulis
ulasan kuliner, saya selalu percaya bahwa pengalaman langsung jauh lebih
bermakna daripada sekadar membaca Google Reviews atau melihat rating. Untuk
menulis artikel ini, saya tidak hanya mengandalkan riset, tetapi benar-benar
datang ke setiap tempat, mencicipi makanannya, berbincang dengan pemilik
warung, dan memotret suasana. Saya percaya bahwa artikel dengan first-hand
experience seperti ini lebih layak dipercaya dan memberi nilai tambah bagi
pembaca yang ingin eksplorasi kuliner secara otentik di Solo.
Tips Penting untuk Wisatawan Kuliner Solo
- Waktu
Terbaik Berkunjung: Pagi hari untuk sarapan di Timlo Sastro atau
pecel; malam hari untuk nasi liwet atau gudeg.
- Harga
Rata-Rata: Mulai Rp15.000 – Rp35.000 per porsi.
- Transportasi:
Banyak tempat bisa diakses dengan ojek online. Tapi untuk rute kuliner
malam, motor pribadi atau taksi lebih disarankan karena lokasi acak.
- Bawa
Uang Tunai: Beberapa warung masih belum menerima pembayaran digital.
Kalau Anda suka menjelajahi rasa, tekstur, dan budaya
melalui makanan, Solo adalah destinasi wajib. Dengan paduan pengalaman pribadi,
wawasan lokal, dan rekomendasi tempat tersembunyi, saya berharap artikel ini
bisa menjadi referensi andalan Anda. Jangan lupa, jika Anda ingin jelajah
rekomendasi kuliner lainnya dari daerah Jawa lainnya, silakan kunjungi Kulinerjawa.com.

