Jejak Rasa di Purwodadi: Menyelami Kuliner Khas yang Tak Lekang oleh Waktu
![]() |
Kuliner Otentik |
1. Garang Asem Bu Paji: Kecut, Pedas, dan Penuh Kenangan
Tak lengkap rasanya menyusuri Purwodadi tanpa mampir ke
depot Garang Asem Bu Paji. Lokasinya sederhana, di gang sempit dekat Pasar
Kuripan, tapi selalu ramai pembeli.
Saya sempat mencicipi sendiri Garang Asem Bu Paji yang
katanya legendaris. Kuahnya kental, paduan rasa asam dari belimbing wuluh dan
segar dari daun salam terasa menyegarkan. Yang membuat beda, ayamnya dimasak
bersama irisan cabai hijau besar dan tomat kampung, memberikan rasa segar pedas
yang meledak di mulut. Menurut Bu Paji, resep ini diwariskan dari ibunya sejak
era 70-an.
Garang asem versi Purwodadi memang punya karakter khas,
berbeda dari versi Kudus atau Semarang. Kalau kamu penyuka masakan rumahan yang
otentik, ini tempat wajib coba.
2. Swike Purwodadi: Kontroversi Rasa yang Dicari Pecinta
Kuliner
Di kota ini, Swike (olahan kodok) sudah menjadi ikon. Salah
satu yang paling terkenal adalah Swike Sido Rukun yang berlokasi di jalan utama
kota.
Menu yang ditawarkan mulai dari swike goreng, kuah, hingga
sate. Kuahnya berbumbu bawang putih dan jahe yang menghangatkan badan, cocok
disantap saat malam hari.
“Dulu saya sempat enggan mencoba swike karena merasa
aneh. Tapi setelah diajak teman, ternyata teksturnya lembut, dan kuahnya
seperti perpaduan sop ayam dan rasa khas rempah. Saya akhirnya mengerti mengapa
banyak pelanggan luar kota balik lagi ke sini,” ujar Rani, wisatawan asal Solo.
Meski tidak semua orang berani mencobanya, Swike adalah kuliner
lokal yang sudah mendarah daging di Grobogan, dan menjadi daya tarik
tersendiri.
![]() |
Kuliner Otentik |
3. Nasi Jagung Pak Tarman: Sajian Pagi yang Mengenyangkan
Untuk sarapan, warga lokal banyak yang memilih nasi jagung
daripada nasi putih. Salah satu penjaja legendaris adalah Pak Tarman, yang
sudah berjualan sejak 1980-an di area depan Pasar Induk Purwodadi.
Dalam sepincuk daun pisang, nasi jagung disajikan bersama
sayur lompong, rempeyek kacang, sambal terasi, dan kadang ikan asin. Murah,
nikmat, dan sehat.
Saya datang pukul 06.00 pagi dan antreannya sudah
panjang. Nasi jagung hangat, rasa gurih dari kelapa parut dan sayurnya yang
dimasak tanpa santan terasa ringan tapi mengenyangkan. Menurut Pak Tarman,
pelanggan setianya sudah lintas generasi.
Inilah bukti bahwa makanan tradisional tetap dicintai meski
zaman berubah.
4. Soto Pikir Purwodadi: Kaldu Gurih yang Menggoda
Di tengah hiruk-pikuk pasar hewan, ada warung soto yang
selalu penuh: Soto Pikir. Berbeda dengan soto ayam biasa, soto ini memakai
kaldu sapi, potongan daging, dan nasi dalam satu mangkuk besar.
Taburan seledri, koya kelapa, dan bawang goreng menjadikan
rasanya lebih kaya.
“Saya paling suka makan di sini pas jam 9 pagi, saat kuah
masih panas dan belum kehabisan jeroan,” kata Dedi, warga lokal yang selalu
datang tiap akhir pekan.
Tak heran jika banyak yang menyebutnya salah satu soto
terenak di Grobogan.
5. Es Gempol Pleret: Manis Tradisional Pelepas Dahaga
Setelah berkeliling mencicipi makanan berat, jangan lupa
segarkan diri dengan Es Gempol Pleret. Minuman ini terdiri dari gempol (tepung
beras berbentuk bulat) dan pleret (tepung dengan isian gula merah), disajikan
dalam santan cair dan es batu.
“Saya mencobanya di warung dekat Alun-alun Purwodadi.
Rasanya seperti nostalgia. Gempolnya kenyal, pleretnya manis, dan semuanya
berpadu pas,” ujar Ayu, food traveler asal Yogyakarta.
Minuman tradisional ini cocok untuk menyudahi petualangan kuliner
kamu di Purwodadi.
![]() |
Kuliner Otentik |
6. Kelezatan yang Bertahan Lewat Generasi
Yang menarik, hampir semua tempat makan dan warung kaki lima
ini dimiliki oleh keluarga yang sudah turun-temurun. Ini memberikan kekuatan
pada rasa, karena resep dijaga dengan serius. Banyak pengunjung luar kota
sengaja datang setiap Lebaran atau libur panjang untuk bernostalgia melalui
makanan.
Beberapa dari mereka bahkan membagikan pengalaman di blog
atau media sosial—menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara makanan dan
identitas lokal.
7. Tips Wisata Kuliner di Purwodadi
Berikut beberapa tips jika kamu ingin melakukan wisata kuliner
ke Purwodadi:
- Datang
pagi untuk makanan sarapan seperti nasi jagung atau soto.
- Cek
jam buka karena banyak warung hanya buka beberapa jam saja.
- Bawa
uang tunai karena sebagian besar warung belum menerima pembayaran
digital.
- Tanyakan
ke warga lokal untuk rekomendasi tempat makan yang belum banyak
terekspos media.
Dengan cita rasa yang kuat, kesederhanaan yang hangat, dan
cerita yang melekat di tiap sendok, kuliner Purwodadi bukan sekadar soal
kenyang—melainkan perjalanan rasa yang penuh makna. Jika kamu ingin menjelajah
makanan dengan nilai sejarah dan keaslian, kota kecil ini adalah surga
tersembunyi yang wajib dikunjungi.