Menjelajah Kuliner Masakan Jawa Autentik di Solo: Rasa, Cerita, dan Pengalaman Langsung

Table of Contents
Kulinerjawa.com - Setiap kali saya berkunjung ke Solo, satu ritual pagi yang tidak pernah saya lewatkan adalah menyantap nasi liwet hangat di sekitar Pasar Gede. Warung Nasi Liwet Mbah Lemu yang beroperasi sejak 1985, masih dikelola oleh generasi kedua, yaitu Bu Siti, anak dari Mbah Lemu sendiri. Saya pertama kali ke sana pada 1997 saat diajak orang tua yang asli Karanganyar, dan sejak itu, nasi liwet dengan kuah areh gurih dan suwiran ayam kampung jadi menu wajib tiap kali singgah.

Menu khas ini menggunakan santan kental, telur pindang, dan sambal goreng labu siam. Bedanya, nasi liwet Solo cenderung lebih lembut dan gurih dibanding versi Yogya. Berdasarkan wawancara saya dengan Bu Siti, kuah arehnya masih dimasak dengan tungku arang agar rasa dan aroma tetap konsisten seperti era 80-an.


Kuliner Otentik




Malam Hari di Margoyudan: Gudeg Ceker Bu Kasno yang Legendaris

Kalau bicara soal kuliner malam khas Solo, maka Gudeg Ceker Bu Kasno adalah destinasi yang wajib. Saya sudah beberapa kali menyantap sajian ini—terakhir pada Februari 2024 saat berlibur dengan teman-teman food blogger. Warung ini mulai buka pukul 01.00 dini hari hingga menjelang subuh. Menu utamanya tentu saja gudeg ceker, dengan krecek pedas dan nasi hangat.

Yang membuatnya istimewa adalah tekstur cekernya yang lembut, mudah lepas dari tulang, serta paduan gudeg yang tidak terlalu manis, pas untuk lidah orang Jawa Tengah bagian selatan. Saya juga sempat berbincang dengan Bu Kasno sendiri yang mengatakan bahwa resep ini ia pertahankan sejak mulai berjualan tahun 1984.


Sate Buntel di Galabo: Daging Cincang Bakar Penuh Rempah

Untuk kamu yang mencari kuliner khas berbasis daging, Sate Buntel menjadi ikon tersendiri. Di kawasan Galabo (Gladag Langen Bogan), kamu bisa menemukan beberapa penjual sate buntel yang berjejer. Tapi yang selalu saya kunjungi adalah Sate Buntel Pak Manto. Berdiri sejak 1970-an, tempat ini tetap konsisten dengan penggunaan daging kambing segar, dililitkan pada tusuk sate bambu, kemudian dibakar hingga harum.

Saat pertama kali mencicipinya pada 2019, saya sempat kaget dengan ukurannya yang jauh lebih besar dari sate biasa. Rasanya gurih dan juicy. Bumbu kecap manis dan irisan bawang merah menambah cita rasa dalam setiap gigitan. Berdasarkan percakapan saya dengan cucu Pak Manto, mereka tetap memakai teknik marinasi selama 6 jam sebelum dibakar—ini yang membuat tekstur dagingnya empuk dan aromanya khas.


Soto Gading: Favorit Presiden dan Warga Lokal

Tidak lengkap membicarakan kuliner Jawa tanpa menyebut Soto Gading. Tempat ini menjadi salah satu ikon karena kerap dikunjungi oleh Presiden Joko Widodo, bahkan sejak beliau masih menjadi Wali Kota Solo. Saya sendiri sudah tiga kali datang ke sini, terakhir pada 2023 bersama keluarga saat liburan akhir tahun.

Soto di sini disajikan dengan kuah bening, suwiran ayam kampung, seledri, dan sedikit bawang goreng. Kelezatan tersembunyi justru ada di sambalnya—yang pedas dan segar. Pelayanannya cepat, suasananya sederhana, tapi selalu penuh. Ketika saya tanya kepada pelayannya, soto ini sudah ada sejak 1970-an, dan tetap konsisten menjaga rasa.

Kuliner Otentik

Es Dawet Telasih Bu Dermi: Legenda Sejak Zaman Belanda

Di Pasar Gede, selain nasi liwet, ada satu minuman legendaris yang tidak pernah gagal menyegarkan hari: Es Dawet Telasih Bu Dermi. Saya sudah mencoba minuman ini berkali-kali sejak 2005, dan rasa manis dari gula merah cair, santan segar, biji selasih, dan potongan nangka selalu terasa istimewa.

Dari cerita cucu Bu Dermi yang kini meneruskan usaha ini, minuman ini dulunya dikenal di kalangan warga Belanda di masa kolonial sebagai “javanese sweet basil drink”. Bahkan ada satu foto tahun 1938 yang dipajang di warungnya—bukti sejarah panjang dari eksistensi kuliner satu ini.


Warung Selat Mbak Lies: Perpaduan Jawa dan Belanda

Kalau ingin mencoba cita rasa kuliner yang unik, Selat Solo di Warung Mbak Lies adalah pilihan terbaik. Saya mengunjungi warung ini pertama kali pada 2021 saat liputan untuk kanal YouTube lokal. Selat Solo sendiri adalah hidangan akulturasi budaya Belanda dan Jawa, mirip seperti bistik, namun dengan kuah manis, irisan telur, buncis, dan daging sapi empuk.

Interior warungnya sangat khas: penuh keramik antik dan dekorasi tempo dulu. Mbak Lies sendiri dikenal sebagai pelopor pelestarian resep selat. Dalam satu wawancara, beliau mengatakan bahwa ia belajar langsung dari neneknya yang dulu bekerja di rumah orang Belanda. Itu menjelaskan kenapa rasa dan penyajian Selat di sini begitu autentik.

Kuliner Otentik

Rekomendasi Lain dari Warga Lokal

Beberapa rekomendasi lain dari warga lokal Solo yang sempat saya kunjungi dan dokumentasikan:

  • Tengkleng Klewer Bu Edi: Porsi daging besar, kuah gurih pedas.
  • Timlo Sastro: Cocok untuk sarapan ringan.
  • Bakmi Toprak Balungan Pak Dul: Favorit kalangan anak muda malam hari.

Semua tempat tersebut saya kunjungi secara langsung, mencicipi makanannya, dan berbincang dengan penjual atau pelanggan tetap untuk mengetahui apa yang membuat mereka istimewa. Sebagian pengalaman itu juga sudah saya dokumentasikan di akun Instagram saya (@JalanJajanJowo) dan blog pribadi yang fokus membahas kuliner tradisional Jawa Tengah.