Menyusuri Rasa Khas Nganjuk: 10 Kuliner Legendaris dan Tempat Makannya
1. Nasi Becek: “Soto Gule” ala Nganjuk yang Melekat di
Lidah
Kalau kamu pertama kali mendengar "Nasi Becek",
mungkin bayangannya mirip makanan tumpah. Tapi begitu mencicipi di warung Pak
Har di dekat Pasar Wage, kamu akan mengerti mengapa kuliner ini jadi favorit
banyak orang. Nasi disiram kuah rempah yang kental, dengan potongan daging sapi
yang empuk, dilengkapi sambal dan irisan daun seledri. Rasanya seperti gabungan
soto dan gulai, tapi khas Nganjuk.
Saya sendiri mengantre hampir 20 menit waktu ke sana pada hari Selasa siang. Begitu disajikan, aroma rempah langsung menyergap. Pincuk daun pisangnya memberi aroma alami yang membuat pengalaman makan makin berkesan. Harganya pun terjangkau, sekitar Rp15.000–Rp20.000.
![]() |
| Kuliner Otentik |
2. Sego Banting: Sarapan Merakyat yang Ngangenin
Di banyak pasar tradisional Nganjuk, kamu bisa temukan menu
sarapan ini: Sego Banting. Isinya sederhana—nasi putih dengan sayur
lodeh, mie goreng, rempeyek, dan kadang sambal terasi. Yang bikin unik adalah
penyajiannya yang 'dibanting': cepat dan tanpa banyak basa-basi. Makanya
disebut “banting”.
Warung Bu Nah di Desa Nglaban jadi rujukan banyak warga.
Buka jam 05.30 pagi, dan biasanya habis sebelum jam 8. Saya mampir ke sana atas
rekomendasi sopir ojek online yang bilang, "kalau belum coba sego banting
sini, belum sah ke Nganjuk."
3. Dumbleg: Jajanan Manis yang Mulai Langka
Jika kamu suka jajanan tradisional, Dumbleg wajib
dicari. Terbuat dari tepung beras, gula merah, dan santan yang dikukus dalam
selongsong daun siwalan. Rasanya manis dan legit dengan tekstur kenyal lembut.
Saya menemukannya di Pasar Wage pada hari Minggu pagi.
Penjualnya, Mbah Partini, sudah berjualan sejak tahun 80-an. Menurut beliau,
dumbleg kini makin jarang karena generasi muda tak banyak yang tahu cara
membuatnya. Ini bagian dari kekayaan kuliner nganjuk yang perlu kita
lestarikan.
kuliner nganjuk penuh dengan cerita semacam ini yang tak hanya soal rasa, tapi juga warisan.
![]() |
| Kuliner Otentik |
4. Sate Kenul: Bukan dari Daging, Tapi Tetap Nendang
Sate ini bukan dari ayam atau kambing, tapi dari kenul alias
kerang air tawar. Teksturnya kenyal dan rasanya gurih, apalagi saat dibakar
dengan bumbu kacang dan kecap khas.
Saya menemukan sate kenul di pinggir jalan Desa Jatikalen
saat menuju arah Bojonegoro. Harganya murah—Rp1.000 per tusuk—dan rasanya
benar-benar unik. Warung Pak Karnadi di sana sudah jualan sejak tahun 1997.
5. Asem-Asem Kambing: Gurih, Segar, dan Menggoda
Makanan ini mirip garang asem, tapi versi Nganjuk punya cita
rasa lebih tajam. Kuahnya bening asam pedas dengan daging kambing empuk. Sangat
cocok disantap hangat saat hujan.
Saya mencicipinya di Warung Mak Yem, sekitar 10 menit dari
Stasiun Nganjuk. Selain rasanya yang sedap, suasana warungnya pun adem dan
dikelilingi pohon jati. Banyak sopir truk dan pegawai kantor langganan makan di
sana.
6. Ketan Kirip: Manis Legit dari Desa
Ketan kukus yang disiram gula kelapa cair dan ditaburi
kelapa parut ini jadi menu andalan di banyak pasar desa. Yang terkenal salah
satunya ada di Pasar Berbek.
Saya membelinya dari ibu-ibu yang sudah jualan sejak subuh.
“Kalau jam 9 belum laku, saya bawa pulang buat cucu,” katanya sambil tertawa.
Ini bukan sekadar makanan, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat
Nganjuk.
7. Rondo Royal: Tape Goreng Manis Pedas
Rondo Royal adalah tape singkong yang digoreng dengan
tepung, kadang ditambah cabai rawit sebagai pelengkap. Rasanya manis, sedikit
asam, dengan sensasi hangat di perut.
Kamu bisa menemukannya di beberapa penjual kaki lima sore
hari, terutama di dekat Alun-Alun Nganjuk. Saya beli 3 tusuk seharga Rp5.000.
Hangat, gurih, dan bikin nagih.
8. Lontong Sayur Ndeso: Versi Tradisional yang Lebih Kaya
Rasa
Lontong sayur ala Nganjuk biasanya lebih kental kuahnya dan
menggunakan bahan seperti tempe bosok (fermentasi) atau kluwek. Rasanya lebih
kuat dan unik.
Saya mencoba versi ini di Desa Rejoso. Disajikan dalam mangkuk kaleng, rasanya pedas-gurih dan menghangatkan. Ibu penjualnya bilang, resep ini turun-temurun dari neneknya.
![]() |
| Kuliner Otentik |
9. Kue Getuk Lindri: Warna-Warni Legenda Pasar
Getuk lindri khas Nganjuk dibuat dari singkong kukus yang
dihaluskan dan diberi pewarna alami, lalu dipotong dan dibungkus daun pisang.
Teksturnya halus, dan biasanya diberi parutan kelapa dan sedikit gula pasir di
atasnya.
Di Pasar Sukomoro, saya bertemu penjual getuk bernama Bu
Lastri yang sudah 20 tahun menjajakan jajanan ini. Ia bilang, generasi muda
sudah jarang beli getuk karena lebih suka boba. Tapi setiap hari ada pembeli
setia yang tidak pernah absen.
10. Es Dawet Manis Tanggul: Penutup yang Segar
Tidak lengkap rasanya menjelajahi kuliner nganjuk
tanpa mencoba es dawet Tanggul. Diberi cendol, tape ketan, santan, dan
gula aren cair, lalu disajikan dalam gelas tinggi dengan es serut.
Lokasinya ada di dekat jembatan Tanggul yang terkenal di
Nganjuk. Rasanya menyegarkan, terutama setelah menyantap makanan-makanan berat
sebelumnya. Penjualnya juga ramah dan sering berbagi cerita soal pengunjung
luar kota.


