Jejak Rasa dari Masa Silam: Menelusuri Kuliner Jawa Kuno yang Hampir Terlupa
Bukti arkeologis seperti relief di Candi Borobudur dan
Prambanan menunjukkan adanya aktivitas memasak dan jenis bahan pangan yang
digunakan. Pada masa itu, makanan berbahan dasar umbi-umbian, kelapa, dan
rempah-rempah sudah menjadi bagian penting dari kehidupan.
✍️ Ditulis oleh Rina Dewi,
pegiat kuliner tradisional dan peneliti sejarah makanan Nusantara sejak 2015.
Bahan dan Teknik Masak Tradisional
Kuliner Jawa kuno mengandalkan bahan alami dari hutan,
kebun, dan sawah. Beberapa bahan khas yang digunakan antara lain:
- Umbi-umbian
seperti gembili dan uwi
- Sayuran
liar seperti kenikir, daun kelor
- Minyak
kelapa perasan tangan
- Rempah
seperti kencur, temu kunci, dan lempuyang
Teknik memasak seperti kukus, bakar, dan panggang lebih
dominan ketimbang goreng karena minyak goreng belum seumum sekarang. Makanan
disajikan dalam wadah dari daun pisang atau tempurung kelapa.
Menurut Prof. Dr. Sumarni Hadi dari UGM, “Proses
masak pada zaman kuno mengajarkan kesabaran, ketelitian, dan keharmonisan
dengan alam.”
![]() |
Kuliner Khas |
Ragam Kuliner Jawa Kuno yang Melegenda
Berikut beberapa jenis makanan dari era kuno yang masih
bertahan atau mulai dilupakan:
1. Ketan Srundeng
Merupakan makanan rakyat sejak era kerajaan Medang. Berbahan
dasar ketan dan parutan kelapa sangrai dengan gula kelapa.
2. Bubur Sumsum
Tak hanya makanan ringan, dulunya bubur ini digunakan dalam
ritual untuk tolak bala dan syukuran hasil bumi.
3. Sayur Asem Jawa Kuno
Berbeda dengan sekarang, dulu lebih asam karena menggunakan
belimbing wuluh atau daun kedondong hutan.
4. Grontol Jagung
Jagung direbus dan diberi kelapa parut. Makanan ini populer
di lereng Merapi sejak zaman Mataram Lama.
5. Nasi Gurih Serundeng
Konon disajikan di lingkungan keraton Majapahit, terutama
pada acara spiritual.
Nilai Filosofis di Balik Kuliner Jawa Kuno
Setiap makanan memiliki makna. Misalnya:
- Ketan
melambangkan kekompakan dan persatuan.
- Sayur
Lodeh Tujuh Warna digunakan dalam upacara adat sebagai simbol penolak
bala.
- Bubur
Merah Putih digunakan untuk menandai awal kehidupan bayi (selapanan).
Makanan bukan hanya simbol kebudayaan, melainkan juga
identitas masyarakat yang menjunjung tinggi keselarasan dengan alam dan sesama.
![]() |
Kuliner Khas |
Warisan Kuliner yang Perlu Dilestarikan
Kini, banyak dari makanan ini mulai dilupakan. Di sinilah
pentingnya peran generasi muda dan media kuliner untuk mengangkat kembali
warisan ini.
Situs seperti Kuliner
Jawa turut berkontribusi dalam mengenalkan dan menghidupkan kembali
makanan-makanan yang nyaris punah tersebut.