Jejak Rasa Leluhur: Menggali Kekayaan Kuliner Jawa Kuno yang Mulai Terlupa

Daftar Isi
Kulinerjawa.com -  Indonesia kaya akan ragam kuliner daerah, namun hanya sedikit yang benar-benar menelisik kekayaan kuliner jawa dari era kuno, yang sarat makna, simbol, dan filosofi. Artikel ini mengajak pembaca menyelami dunia rasa para leluhur, dari dapur kerajaan hingga santapan rakyat jelata zaman klasik.

 

Kuliner Khas 


Warisan Kuliner dari Zaman Mataram Kuno

Zaman Mataram Kuno (abad ke-8 hingga ke-10) adalah salah satu periode penting dalam pembentukan identitas kuliner Jawa. Banyak prasasti dan relief di candi seperti Borobudur dan Prambanan yang menggambarkan aktivitas memasak dan bahan pangan yang digunakan masyarakat kala itu.

Beberapa bahan pokok yang dikenal antara lain:

  • Empon-empon seperti kunyit, kencur, jahe sebagai dasar bumbu
  • Berbagai jenis umbi, termasuk gadung dan suweg
  • Nasi dari beras dan ketan
  • Lauk seperti ikan sungai, belut, serta daging itik

Menurut Prof. Dr. Bambang Harsanto, sejarawan kuliner dari UGM, "Makanan di zaman Jawa kuno tidak hanya untuk mengenyangkan, tetapi juga sebagai medium spiritual, persembahan, dan simbol strata sosial."

 

Filosofi dan Simbol dalam Makanan

Berbeda dengan era modern yang cenderung pragmatis, makanan di era Jawa kuno memuat nilai-nilai filosofis. Contohnya, penggunaan bumbu rempah bukan hanya untuk rasa, tetapi sebagai penjaga keseimbangan tubuh—konsep yang dikenal sebagai sarira sakti dalam ajaran Jawa kuno.

Beberapa contoh makanan simbolik antara lain:

  • Tumpeng: berbentuk kerucut sebagai perlambang hubungan manusia dengan Tuhan (manunggaling kawula lan Gusti)
  • Jenang abang putih: simbol dualitas hidup (baik dan buruk, terang dan gelap)
  • Megana: lauk sayuran dengan kelapa parut, melambangkan kesederhanaan

Makanan tidak sekadar dimakan, tapi dipahami maknanya, dimaknai sebagai doa dalam bentuk rasa.

 

Makanan Favorit Bangsawan dan Rakyat Jelata

Sumber-sumber kuno seperti Serat Centhini dan Babad Tanah Jawi banyak menyebut jenis makanan khas pada masa kerajaan. Beberapa menu elite bangsawan antara lain:

  • Bebek sinuwun: bebek muda dimasak dengan bumbu keluwak, serupa rawon
  • Klenyem jagung wuluh: fermentasi jagung manis dengan asam jawa
  • Gathot: singkong hitam yang dikeringkan dan direbus, makanan rakyat yang kini menjadi warisan budaya

Makanan rakyat lebih sederhana namun tetap kaya rasa. Seperti sego megono, thiwu, dan growol, yang berasal dari umbi-umbian fermentasi.

 

Tradisi Memasak dan Peralatan Asli Jawa

Cara memasak pun mencerminkan nilai budaya. Tidak ada kompor gas, hanya pawon (dapur tradisional) dengan tungku tanah liat, menggunakan kayu bakar. Alat seperti lumpang, ulek-ulek batu, dan kendil digunakan secara turun-temurun.

Menariknya, teknik memasak seperti:

  • Sangrai (tanpa minyak)
  • Pepes (dibungkus daun pisang)
  • Garang asem (kukus dalam santan dan asam)

…masih eksis hingga sekarang di banyak wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, terutama di desa-desa budaya.

 

Kuliner Khas 

Kuliner Jawa Kuno yang Masih Bisa Dijumpai

Meski zaman berubah, beberapa warisan kuliner jawa dari masa kuno masih bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional atau acara adat:

  • Bubur sengkolo: bubur dari campuran ketan hitam dan putih, digunakan dalam ritual ruwatan
  • Jadah manten: kue dari ketan dan kelapa yang melambangkan persatuan
  • Wajik klethik: kue ketan manis khas upacara panen

Makanan ini bertahan karena diwariskan dalam tradisi lisan dan praktik keluarga. Namun banyak juga yang mulai terlupakan seiring modernisasi dapur dan pola hidup.

 

Pelestarian Melalui Edukasi dan Media

Beberapa komunitas seperti Jogja Traditional Food Study Group dan Komunitas Dapur Jawa aktif mendokumentasikan dan menghidupkan kembali kuliner Jawa kuno melalui demo masak, festival kuliner, hingga lokakarya anak muda.

Media online seperti Kulinerjawa.com juga berperan penting dalam menyebarkan informasi, resep, dan nilai budaya di balik tiap sajian khas Jawa. Dukungan platform digital ini krusial agar generasi muda mengenal bukan hanya rasa, tapi juga akar sejarah dari makanan mereka.

 

Mengapa Kuliner Jawa Kuno Relevan Hari Ini?

Selain sebagai aset budaya, kuliner ini juga:

  • Mendukung pangan lokal dan ketahanan pangan berkelanjutan
  • Lebih sehat karena minim pengawet dan diolah alami
  • Mengandung nilai spiritual yang menenangkan

Dalam konteks wisata budaya, mengenalkan kuliner Jawa kuno bisa memperkuat identitas daerah dan menjadi daya tarik unik yang tidak dimiliki kuliner modern biasa.

Daripada menyimpulkan, kami mengajak Anda untuk mencicipi dan menelusuri kembali warisan kuliner jawa yang kaya makna ini. Jangan biarkan warisan rasa leluhur hanya menjadi catatan sejarah. Mari jadikan dapur kita sebagai ruang konservasi budaya.